** Numpang ngiklan **
Selama iklan tayang berarti masih ada - januari 2022
jual Rough Batu Bacan size jumbo
bila berminat silahkan hubungi :
0857 3763 7228
pajangan suiseki batu bacan doko kristal
dimensi : 30x25x16cm
berat : +/_ 7Kg
tatakan kayu jati ukir
ini adalah batu bacan replika, aslinya adalah batu enhydro agate chalcedony yang biasa di sebut batu anggur asal sukabumi, untuk bentuk asli dari alam lalu di beri warna (dyed) hijau tosca khas bacan
dasar batu adalah berwarna putih kebiruan mirip blue opal, kristal dan tembus cahaya, terlihat sangat natural dan sangat menyerupai batu bacan yang asli,
lokasi di jatibening
harga : Rp.5juta nego
Terima barter dengan sesuatu yang bernilai mendekati
bila berminat silahkan hubungi :
0857 3763 7228
Batu giok seberat 20 ton di Nagan Raya, Aceh, jadi rebutan antara warga dan pendatang. Sampai-sampai polisi turun tangan.
Pro kontra pun terjadi, terutama bila dikaitkan dengan kerusakan lingkungan hingga lambannya sikap pemerintah menyelesaikannya.
Lambannya penanganan kasus ini oleh pemerintah akhirnya membuat Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) bidang hukum dan politik angkat bicara. Komisi I DPRA kemudian menyelenggarakan Rapat Kerja dengan multistakeholder membicarakan perihal itu pada hari Selasa (17/2) di gedung serba guna DPRA.
Menurut Ketua Komisi I DPRA, Abdullah Saleh yang juga merupakan putra asli daerah Nagan Raya mengungkapkan, seharusnya bila pemerintah cepat bersikap, konflik dan ketegangan ini tidak terjadi.
“Ini terjadi karena fenomena giok di Aceh saat ini hingga terjadi ketegangan karena pemerintah kurang pro aktif mengatasinya, seharusnya ini tidak perlu terjadi bila pemerintah muncul segera ke publik mengatasinya,” kata Abdullah Saleh, Kamis (19/2) di Banda Aceh.
Katanya, dalam rapat kerja itu Abdullah Saleh lebih menekankan saat pemerintah mengambil keputusan agar lebih memperhatikan adat dan kebiasaan yang berlaku di masyarakat setempat. Sehingga tidak menimbulkan ketegangan atau konflik baru nantinya dengan pemerintah.
Selain itu, Abdullah Saleh juga menegaskan bahwa, konflik yang sempat terjadi di Desa Pante Ara, Kecamatan Beutong, Nagan Raya penemuan giok seberat 20 ton ini tidak terjadi bila saling menghormati adat istiadat setempat. Pendatang semestinya menghargai apa kebiasaan yang ada di desa setempat.
“Harusnya konflik ini juga tidak perlu terjadi bila pendatang menghargai adat istiadat desa setempat, makanya pemerintah juga harus mencari solusi dengan memperhatikan adat setempat, karena jangan kan giok, semisal ada warga menangkap Rusa sendiri atau berdua, itu juga ada hak orang lain, karena itu barang yang tersedia di alam, begitulah adatnya,” tukasnya.
Sementara itu Ketua Gabungan Pecinta Batu Alam (GaPBA) Aceh, Nasrul Sufi mengatakan, agar temuan giok ini tidak menimbulkan konflik, alangkah baiknya pemerintah membagikan batu giok idocrase super itu sama rata.
“Gampang cara selesaikannya, gampang saja caranya, yang menemukan diberikan, masyarakat diberikan dan jangan ribut-ribut, kalau begini pasti tidak ribut,” harapnya.
Nasrul Sufi berharap giok tersebut tidak semuanya diambil oleh pemerintah. Karena giok yang diperkirakan idocrase itu memiliki hak-hak orang lain. “Karena kalau tidak ditemukan oleh masyarakat, pemerintah kan juga tidak tau,” imbuhnya.
Batu giok Aceh memang bernilai tinggi. Bila sudah digosok dan sudah jadi, harganya bisa mencapai jutaan rupiah. Bahkan miliaran. Tak heran, ada orang yang rela datang dengan membawa senjata tajam demi batu berukuran besar sebagaimana ditemukan di Gampong Krueng Isep, Kecamatan Beutong, Nagan Raya tersebut.
baca juga :
*** RESTORAN PIRING BATU BACAN ***
*** OBRAL BATU BACAN MURAH ***
*** OBRAL BAHAN BATU GARUT CINCAU ***
*** GROSIR BATU KALIMAYA BANTEN ***